A. MANUSIA DAN CINTA KASIH
1. Pengertian Cinta Kasih:
Menurut
kamus umum bahasa Indonesia, cinta
adalah rasa sangat suka kepada ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik
hatinya. Sedangkan kasih artinya
perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian
arti cinta kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta.
Walaupun
cinta kasih mengandung arti hampir bersamaan, namun terdapat perbedaan juga
antara keduanya, cinta lebih
mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya; dengan kata lain bersumber dari cinta yang
mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.
Cinta
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan
landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan
anak, hubungan yang erat di masyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab.
Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya
sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas mengikuti perintah-Nya dan
berpegang teguh pada syariat-Nya.
Pengertian
tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr. Sarlito W. Sarwono. Dikatakannya bahwa
cinta memiliki tiga unsur yaitu
keterkaitan, keintiman dan kemesraan. Yang dimaksud dengan keterkaitan adalah adanya perasaan
untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi bersama
orang lain kecuali dengan dia. Kalau janji dengan dia harus ditepati. Unsur
yang kedua adalah keintiman,
yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara
anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti
bapak, ibu, saudara digantikan dengan sekedar memanggil nama atau
sebutan:sayang dan sebagainya. Unsur yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa
kangen kalau jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang
rnengungkapkan rasa sayang, dan seterusnya.
Di
dalam kitab Suci Alqur’an, ditemukanya fenomena cinta yang bersembunyi di dalam
jiwa manusia. Cinta memiliki tiga tingkatan-tingkatan : tinggi, menengah dan
rendah. Tingkatan cinta tersebut di atas adalah berdasarkan firman Alloh dalam
surah At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut: “katakanlah:jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; adalah lebih kamu cintai dari pada
Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah
mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik.”
2. Pembagian cinta dan jenisnya:
Cinta diri
Cinta diri erat kaitannya dengan
dorongan menjaga diri. Manusia senang untuk tetap hidup, mengembangkan potensi
dirinya, dan mengaktualisasikan diri. Pun ia mencintai segala sesuatu yang
mendatangkan kebaikan pada dirinya. Sebaliknya ia membenci segala sesuatu yang
menghalanginya untuk hidup, berkembang dan mengaktualisasikan diri. Ia juga
membenci segala sesuatu yang mendatangkan rasa sakit, penyakit dan mara bahaya.
Al-Qur’an telah mengungkapkan cinta alamiah manusia terhadap dirinya sendiri
ini, kecenderungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna
bagi dirinya, dan menghindar dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan
dirinya, melalui ucapan Nabi Muhammad SAW, bahwa seandainya beliau mengetahui
hal-hal gaib, tentu beliau akan memperbanyak hal-hal yang baik bagi dirinya dan
menjauhkan dirinya dari segala keburukan.
Diantara gejala yang menunjukkan
kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah kecintaannya yang sangat
terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginannya dan memudahkan
baginya segala sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup. (QS,
al-Adiyat, 100:8)
Agar
manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia
lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan
egoismenya. Pun hendaknya ia menyeimbangkan cintanya itu dengan cinta dan kasih
sayang pada orang-orang lain, bekerja sama dengan dan memberi bantuan kepada
orang lain. Oleh karena itu, Allah ketika memberi isyarat tentang kecintaan
manusia pada dirinya sendiri, seperti yang tampak pada keluh kesahnya apabila
ia tertimpa kesusahan dan usahanya yang terus menerus untuk memperoleh kebaikan
serta kebakhilannya dalam memberikan sebagian karunia yang diperolehnya,
setelah itu Allah langsung memberi pujian kepada orang-orang yang berusaha untuk
tidak berlebih-lebihan dalam cintanya kepada diri sendiri dan melepaskan diri
dari gejala-gejala itu adalah dengan melalui iman, menegakkan shalat,
memberikan zakat, bersedekah kepada orang-orang miskin dan tak punya dan
menjauhi segala larangan Allah. Keimanan yang demikian ini akan bisa
menyeimbangkan antara cintanya kepada diri sendiri dan cintanya pada orang
lain, dan dengan demikian akan bisa merealisasikan kebaikan individu dan
masyarakat.
Al-Qur’an
juga menyeru kepada orang-orang yang beriman agan saling cinta-mencintai
seperti cinta mereka pada diri mereka sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya
terkandung pengarahan kepada para mukmin agar tidak berlebih-lebihan dalam
mencintai diri sendiri.
Cinta
erat kaitannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam
melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerja sama antara suami dan istri.
Ia merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga :
Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu Istri-istri
dan jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir. (QS, Ar-Rum,
30:21)
Dorongan
seksual melakukan suatu fungsi penting. yaitu melahirkan keturunan demi
kelangsungan jenis. Lewat dorongan seksual lah terbentuk keluarga. Dari
keluarga terbentuk masyarakat dan bangsa. Dengan demikian bumi pun menjadi
ramai, bangsa-bangsa saling kenal mengenal, kebudayaan berkembang, dan ilmu
pengetahuan dan industri menjadi maju. Islam mengakui dorongan seksual dan
tidak mengingkarinya. Jelas dengan sendirinya ia mengakui pula cinta seksual
yang menyertai dorongan tersebut. Sebab ia merupakan emosi alamiah dalam diri
manusia yang tidak diingkari, tidak ditentang ataupun ditekannya. Yang
diserukan Islam hanyalah pengendalian dan penguasaan cinta ini, lewat pemenuhan
dorongan tersebut dengan cam yang sah, yaitu dengan perkawinan.
Puncak
cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada
Allah dan kerinduannya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan doanya
saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku
dan tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridho-Nya:
“Katakan1ah:
Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (QS, Mi
Imran, 3:31).
Cinta
yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi
kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua
bentuk kecintaan lainnya. Cinta ini pun juga akan membuatnya menjadi seorang
yang cinta pada sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam
semesta. Sebab dalam pandangannya semua wujud yang ada di sekelilingnya
mempunyai manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-kerinduan
spiritualnya dan harapan kalbunya.
Cinta
kepada rasul, yang diutus Allah sebagai rahmah bagi seluruh alam semesta,
menduduki peringkat ke dua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul
merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun
berbagal sifat luhur lainnya.
Seorang mukmin yang benar-benar
beriman dengan sepenuh hati akan mencintai Rasulullah yang telah menanggung
derita dakwah Islam, berjuang dengan penuh segala kesulitan sehingga Islam
tersebar di seluruh penjuru dunia. dan membawa kemanusiaan dan kekelaman
kesesatan menuju cahaya petunjuk.
3. Kasih Sayang
Pengertian kasih sayang menurut
kamus umum bahasa Indonesia adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau
perasaan suka kepada seseorang.
Dalam kehidupan berumah tangga kasih
sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari
cinta. Percintaan muda-mudi (pria-wanita) bila diakhiri dengan perkawinan, maka
di dalarn berumah tangga keluarga muda itu bukan lagi bercinta-cintaan, tetapi
sudah bersifat kasih mengasihi atau saling menumpahkan kasih sayang.
Dalam kasih sayang sadar atau tidak
sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran,
saling percaya. saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu unsur kasih sayang hilang,
misalnya unsur tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih
sayang yang tidak disertai kejujuran, terancamlah kebahagiaan rumah tangga itu.
Yang dapat merasakan kasih sayang
bukan hanya suami atau istri atau anak-anak yang
telah dewasa, melainkan bayi yang
masih merah pun telah dapat merasakan kasih sayang dari ayah dan ibunya. Bayi
yang masih merah telah dapat mengenal suara atau sentuhan tangan ayah ibunya.
Bagaimana sikap ibunya memegang/menggendong telah dikenalnya. Hal ini karena
sang bayi telah mempunyai kepribadian.
Kasih sayang, dasar komunikasi dalam
suatu keluarga. Komunikasi antara anak dan orang tua, pada prinsipnya anak
terlahir dan terbentuk sebagal hasil curahan kasih sayang orang tuanya.
Pengembangan watak anak dan selanjutnya tak boleh lepas dari kasih sayang dan
perhatian orang tua. Suatu hubungan yang harmonis akan terjadi bila hal itu
terjadi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Suatu kasus yang sering terjadi, yang menyebabkan seseorang menjadi morffinis, keberandalan remaja, frustrasi dan sebaginya, di mana semuanya dilatarbelakangi kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarganya.
Suatu kasus yang sering terjadi, yang menyebabkan seseorang menjadi morffinis, keberandalan remaja, frustrasi dan sebaginya, di mana semuanya dilatarbelakangi kurangnya perhatian dan kasih sayang dalam kehidupan keluarganya.
4. Pemujaan
Pemujaan
adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan
dalam bentuk komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat
dipisahkan dan kehidupan manusia. Hal ini ialah karena pemujaan kepada Tuhan
adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya. Apa sebab itu terjadi
adalah karena Tuhan menciptakan alam semesta. Seperti dalam surat A1-Furqon
ayat 59 - 60 yang menyatakan, “Dia yang menciptakan langit dan bumi
beserta apa-apa diantara keduanya dalam enam rangkaian masa, kemudian Dia
bertahta di atas singgasana-Nya. Dia maha pengasih, maka tanyakanlah kepada-Nya
tentang soal-soal apa yang perlu diketahui.” Selanjutnya ayat 60, “Bila
dikatakan kepada mereka, sujudlah kepada Tuhan yang maha pengasih. Tuhan adalah
pencipta, tetapi Tuhan juga penghancur segalanya, bila manusia mengabaikan
segala perintahnya. Karena itu ketakutan manusia selalu mendampingi hidupnya
dan untuk menghilangkan ketakutan itu manusia memuja- Nya. Dalam surat
Al-Mu‘minum ayat 98 dinyatakan, “Dan aku berlindung kepada-Mu. Ya Tuhanku, dari
kehadiran-Nya di dekatku.
Karena
itu jelaslah bagi kita semua, bahwa pemujaan kepada Tuhan adalah bagian hidup
manusia, Karena Tuhan pencipta semesta termasuk manusia itu sendiri. Dan
penciptaan semesta untuk manusia.
Kalau
manusia cinta kepada Tuhan, karena Tuban sungguh maha pengasih lagi maha
penyayang. Kecintaan manusia itu dimanifestasikan dalam bentuk sholat.
Dalam
surat An-Nur ayat 41 antara lain menyatakan, “apakah engkau tidak tahu
bahwasanya Allah itu dipuja oleh segala yang ada di bumi dan di langit...”
Dalam
kehidupan manusia terdapat berbagai macam pemujaan sesuai dengan agama,
kepercayaan, kondisi, dan situasi. Sholat di rumah, di mesjid, sembahyang di
pura, di candi, di gereja bahkan di tempat-tempat yang dianggap keramat
merupakan perwujudan dari pemujaan kepada Tuhan atau yang dianggap Tuhan.
Pemujaan-pemujaan
itu sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini
berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya, mohon perlindungan, mohon
dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon ditambahkan
segala kekurangan yang ada padanya, dan lain-lain.
Bila
setiap hari sekian kali manusia memuja kebesarannya dan selalu mohon apa yang
kita inginkan, dan Tuhan selalu mengabulkan permintaan umat-Nya, maka wajarlah
cinta manusia kepada Tuhan adalah cinta mutlak. Cinta yang tak dapat
ditawar-tawar lagi. Alangkah besar dosa kita, apabila kita tidak mencintai-Nya,
meskipun hanya sekejap
5. Belas Kasih
Dalam
cinta sesama ini dipergunakan istilah belas kasih, karena cinta disini bukan
karena cakapnya, kayanya, cantiknya, pandainya, melainkan karena penderitaanya.
Penderitaan ini mengandung arti luas. Mungkin tua, sakit-sakitan, yatim piatu,
penyakit yang dideritanya,dan sebagainya. Perbuatan atau sifat menaruh belas
kasihan adalah orang yang berakhlak, manusia mempunyai potensi untuk berbelas
kasihan. Masalahnya sanggupkah ia menggugah potensi belas kasihnya itu. Bila
orang itu tergugah hatinya maka berarti orang berbudi dan terpujilah oleh
Allah.
6. Cinta Kasih Erotis
6. Cinta Kasih Erotis
Cinta kasih kesaudaraan merupakan cinta kasih antara
orang-orang yang sama-sama sebanding, sedangkan cinta kasih ibu merupakan cinta
kasih terhadap orang-orang yang lemah tanpa daya. Walaupun terdapat perbedaan besar
antara kedua jenis tersebut, Kedua-duanya mempunyai kesamaan bahwa pada
hakekatnya cinta kasih tidak terbatas kepada seseorang saja. Berlawan dengan
kedua jenis cinta kasih tersebut ialah cinta kasih erotis, yaitu kehausan akan
penyatuan akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan dengan seseorang. Pada
hakekatnya cinta kasih tersebut bersifat bersifat ekslusif, bukan universal,
dan juga barangkali merupakan bentuk cinta kasih yang paling tidak dapat
dipercaya.
B.
MANUSIA DAN KEINDAHAN
1. Keindahan :
Keindahan adalah sesuatu yang sangat menenangkan jika kita
sedang bersedih. Membuat kita terkesima dan terpaku saat melihat dan terpakut
atau memperhatikan sesuatu keindahan yang baik, sesuatu yang cantik dan sesuatu
yang menenangkan pikiran serta membuat kita nyaman.
Keindahan dapat kita temui di sekitar kita, dapat sebuah
pemandangan, benda, hiasan dsb. Terkadang tidak semua sesuatu yang abstrak itu
tidak indah. Contoh banyak sekali lukisan yang bersifat “ abstrak” indah untuk
di pandang. Tatkala kita terkesima melihat keindahan yang abstark itu.
Keindahan itu sangatlah luas. Keindahan dapat kita temui
di seluruh penjuru, serta sudut – sudut yang terkadang kita tidak pernah sadar
kalau disitu terdapat sebuah keindahan yang sangat amazing/ yang sangat luar
biasa.
Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara
sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas tentang suatu keindahan,
bagaimana dia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya.
Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah suatu filosofi yang
mempelajari nilai – nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian
terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan
dilosofi seni.
Nilai Ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda
sebagai alat atau sarana untuk suatu hallainnya ( Instrumental/ Contribution Value
), yakni bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai Ekstrinsik adalah sifat
baik dari benda yang bersangkutan, atau tujuan ataupun demi kepentingan benda
itu sendiri.
Kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk
menciptakan sesuatu yang indah yang merupakan suatu proses bermeditasi
merenungkan atau berfikir penuh dan mendalami untuk mencari nilai – nilai,
makna, manfaat dan tujuan atau niat suatu hasil penciptaan. Ekstansi adalah
dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang
indah.
2. Renungan :
Renungan berasal dari kata renung yang berarti diam –
diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam – dalam. Renungan
adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa
teori. Teori – teori itu adala : teori pengungkapan, teori metafisik dan teori
piskologik.
a.
Teori
Pengungkapan
Dalil teori ini adala bahwa “ Art is expression of human
feeling “ ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia). Teori ini
terutama bertalian dengan apa yang di alami oleh seorang seniman ketika
menciptakan sebuah karya seni
Tokoh teori ekspresi yang paling terkenal ialah fisuf
italia Benedeto Croce ( 1886 – 1952 ) dengan karyanya yang telah di terjemahkan
kedalam bahasa inggris “ aesthetic as Science of Expresion and General
Linguisic”. Beliau antara lain menyatakan bahwa “ art is expression of
impression” ( seni adalah pengungkapan dari kesan – kesan ) Expression adalah
sama dengan intuition. Dan intuisi adalah pengetahuan yang di peroleh melalui
penghayatan tentang hal – hal indiviu yang menghasilkan gambaran angan – angan
(images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai gambaran angan – angan images warna, garis
dan kata. Bagi seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni dalam dirinya
tanpa perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis seseorang
tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan – angan .
b.
Teori Metafisik
Teori seni yang bercorak metafisis merupakan salah satu
teori yang tertua, yakni berasal dari Plato yang karya – karya tulisannya untuk
sebagaian membahas estetik filsafat konsepsi keindaha dan teori seni. Mengenai
sumber seni Plato yang mendalilkan adanya peniruan (imitation theory). Ini sesui
dengan metafisika Plato mendalilkan
adanya dunia ide pada taraf tertinggi sebagai realita ilahi. Pada taraf yang
lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan semu dan
mirip realita illahi itu. Dam karya seni yang di buat oleh manusia hanyalah
mimemis ( tiruan ) dari realita duniawi sebagai contoh Plato menggemukkan ide
Ke – ranjangan – an itu. Dan akhirnya seniman meniru ranjang kayu itu dengan
menggambarkannya dalam sebuah lukusian. Jadi karya seni adalah tiruan dari
suatu tiruan lain sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat menyesatkan.
Karena itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga negara Republik yang
ideal menurut Plato.
Dalam jaman modem suatu teori seni lainnya juga bercorak
metafisis dikemukan oleh filsuf Arthur Schopenhauer ( 1788 – 1860 ). Menurut
beliau seni adalah suatu bentuk dari pemahaman terhadap realita. Dan realita
yang sejati adalah suatu keinginan ( will ) yang semantara. Dunia objektif
sebagai ide hanya wujud luar dari keinginan itu. Selanjutnya ide – ide itu
mempunyai perwujudan sebagai benda – benda khusus. Pengetahuan sehari – hari
adalah pengetahuan praktis yang berhubungan dengan benda – benda itu. Tapi ada
pengatahuan yang lebih tinggi kedudukannya, yakni yang diperoleh bilamana
pikiran diarahkan kepada ide – ide itu sendiri
Dengan melalui perenungan semacam ini lahirlah karya
seni. Seniman besar adalah seseorang yang mampu dengan perenungannya itu
menembus segi – segi praktis dari benda – benda di sekelilingnya dan sampai
pada maknanya.
c.
Teori
Psikologis
Teori – teori metafisis dari para filsuf yang bergerak
diatas tarf manusiawi dengan kosepsi – konsepsi tentang ide tertinggi atau
kehendak semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan
spekulatif. Sebagian ahli estetika dalam abad modem manalah teori – teori seni
dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan
mempergunakan metode – metode psikologis. Misalnya berdasarkan psikoanalisa
dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah pemenuhan keinginan –
keinginan bawah sadar dari seseorang seniman. Sedang karya seninya itu
merupakan bentuk terselubung atau di perhalus yang diwujudkan keluar dari
keinginan – keinginan itu.
Suatu teori lain tentang sumber seni ialah teori permainan
yang dikembangkan oleh Freedrick Schiller ( 1757 – 1805) dan Herbert Spencer (
1820 – 1903 ). Menurut Schiller, asal mula seni adalah dorongan bati untuk
bermain _ main ( play impluse ) yang ada dalam diri seseorangan. Seni merupakan
semacam permainan menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia berhubungan
dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan. Bagi Spencer, permainan
itu berperanan untuk mencegah kemampuan – kemampuan mental manusia menganggur
dan kemudian menciut kemudian sia – sia. Seseorang yang semakin meningkaat
tenaga itu lalu menciptakan kebutuhan –
kebutuhan dan kesempatan untuk melakukan rangkaian permainan yang imaginatif
dan kegiatan yang akhirnya menciptakan karya seni. Teori permainan tentang seni
tidak sepenuhnya diterima oleh para ahli estetik. Keberatan pokok yang dapat
diajuakan ialah bahwa permainan merupakan suatu kreasi. Padahal seni adalah
kegiatan yang serius dan pada dasarnya kreatif.
3. Keserasian :
Keserasian
berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi, artinya cocok, kena benar,
dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan sesuai itu mengandung unsur perpaduan,
pertentangan, ukuran dan seimbang.
Dalam
pengertian perpaduan misalanya, orang berpakaian harus di padukan warnanya
bagian atas dengan bagian bawah. Atau disesuaikan dengat kulitnya. Apabila cara
memadu itu kurang cocok, maka akan merusak pemandangan. Sebaliknya, bila serasi
benar akan membuat orang puas ka renanya. Atau orang yang berkulit hitam kurang
pantas bila memakai baju berwarna hijau, karena warna itu justru menggelapkan
kulitnya.
Pertentanganpun menghasilkan keserasian. Misalnya dalam dunia
musik, pada hakekatnya irama yang mengalun itu merupakan pertentangan suara
tinggi rendah, panjang pendek dan keras lembut.
Karena itu dalam
keindahan ini, sebagaian ahli berfikir menjelaskan, bahwa keindahan pada
dasarnya adalah sejumlah kualitas / pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu
hal kualitas yang paling sering disebut adalah kesatuan ( unitly). Keselarasan
( harmony ), kesetangkupan ( symetry ), keseimbangan ( balance ), dan
keterlibatan ( contrast ). Selanjutnya dalam hal keindahan itu dikatakan
tersusun dari berbagai keselarasan dan keterbalikan dari garis, warna, bentuk,
nada dan kata – kata. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa keindahan adalah
suatu kumulan hubungan yang serasi dalam suatu benda dan diantara benda itu
dengan si pengamat.
Ada bebeapa
teori – teori keserasian yaitu teori obyektif dan teori subyektif, teori perimbangan
4. TEORI OBYEKTIF
DAN TEORI SUBYEKTIF
The Liang Gie
dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa dalam mencipta seni ada
dua teori yakni teori abyektif dan teori subyektif.
Salah satu
persoalan pokok dari teori keindahan adalah mengenai sifat besar dari
keindahan. Apakah keindahan merupakan sesuatu yang ada pada benda indah atau
hanya terdapat dalam alam pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari
persoalan – persoalan tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal
sebagai teori obyektif dan teori subyektif.
Pendukung teori
obyektif adalah Plato, Hegel, dan Benard Bocanquat, sedang mendukung teori
subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury, dan Edmund Burke.
Teori obyektif
berpendapat, bahwa keindahan atau ciri – ciri yang mencipta nilai estetik
adalah sifat (kualita ) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang
bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah
mengungkapkan sifat – sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama
sekali tidak berpengaruh untuk menghubukan. Yang menjadi masalah ialah ciri –
ciri khusus mana yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau dianggap
bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah di berikan selama berabad –
abad ialah perimbangan antara bagian – bagian dalam benda indah itu. Pendapat
lain menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta dangan terpenuhinya asas –
asas tertentu mengenai bentuk pada sesuatu benda.
Teori
subyektid, menyatakan bahwa ciri – ciri yang menciptakan keindahan suatu benda
itu tidak ada, yang ada hanyalah perasaan dalam diri seseorang yang mengamati
seseuatu benda. Adanya keindahan semata – mata tergantung pada pencerapan dari
si pengamat itu. Kalaupun dinyatakan bahwa sesuatu benda mempunyai nilai
estetika. Maka hal itu diartikan bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu
pengalaman estetik sebagai tanggapan terhadap benda indah itu.
Yang tergolong
teori subyektif ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara
suatu benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya
yang berupa menyukai atau menimati benda itu.